Thursday, October 29, 2009

Bebek dan Ayam

Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan di sebuah hutan pada suatu malam musim panas yang indah, seusai makan malam. Mereka sedang
menikmati kebersamaan yang menakjubkan tatkala mendengar suara di kejauhan.
"Kuek! Kuek!"

"Dengar", kata si istri, "itu pasti suara ayam."

"Bukan, bukan, itu suara bebek," kata si suami.

"Nggak, aku yakin itu ayam," si istri bersikeras.

"Mustahil. Suara ayam itu 'kukuruyuuuk! ' , bebek itu 'kuek! Kuek!' itu bebek, Sayang,' kata si suami dengan disertai gejala-gejala awal kejengkelan.

"Kuek! Kuek!" terdengar lagi.

"Nah, tuh! Itu suara bebek," kata si suami.

"Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul," tandas si istri, sembari menghentakkan kaki.

"Dengar ya! Itu a…da…lah…be…bek, B-E-B-E-K. Bebek! Mengerti?" si suami berkata dengan gusar.

"Tapi itu ayam," masih saja si istri bersikeras.

"Itu jelas-jelas bue…bek, kamu…kamu…"

Terdengar lagi suara, "Kuek! Kuek!" sebelum si suami mengatakan sesuatu yang sebaiknya tak dikatakannya.

Si istri sudah hamper menangis, "Tapi itu ayam…"

Si suami melihat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya, ingat kenapa ia menikahinya. Wajahnya melembut dan katanya dengan mesra,
"Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok.."

"Terima kasih, Sayang," kata si istri sambil menggenggam tangan suaminya.

"Kuek! Kuek! Terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan bersama dalam cinta.

Maksud dari cerita bahwa si suami akhirnya sadar adalah siapa sih yang peduli itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat
mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam yang indah itu. Berapa banyak pernikahan yang hancur hanya gara-gara persoalan sepele? Berapa banyak perceraian
terjadi karena hal-hal "ayam atau bebek?"

Ketika kita memahami cerita tersebut, kita ingat apa yang menjadi prioritas kita. Pernikahan jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang benar tentang
apakah itu ayam atau bebek. Lagi pula, betapa sering kita merasa yakin, amat sangat mantap, mutlak bahwa kita benar, namun belakangan ternyata kita salah?
Lho, siapa tahu? Mungkin saja itu adalah ayam yang direkayasa genetik sehingga bersuara seperti bebek!

Untuk semua orang yang mengenal saya, maafkan saya jika kita berselisih paham tentang sesuatu yang belum jelas.

"Is Nice To Be Important, But More Important Is To Be Nice"