Dalam hidup ini senantiasa harus ada keseimbangan, baik seimbang antara kehidupan dunia dan akherat, seimbang antara jasmani dan rohani serta keseimbangan lahir dan batin. Sebagaimana semua makhluk ini telah diciptakan Allah dalam bentuk berpasang-pasangan agar ada keseimbangan dan keteraturan. Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan, hewan dan tumbuh-tumbuhan ada jantan ada betina, firman Allah menyebutkan:
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ(49
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.(Adz Dzariyat: 49)
Makna berpasangan bisa dalam arti hakiki, yaitu makhluk Allah yang ada di alam ini seperti manusia, hewan, tumbuhan, benda seperti ada langit ada bumi, ada air ada api dan sebagainya yang berpasangan jenisnya, namun bisa juga bermakna majazi seperti ada senang ada susah, ada kaya ada miskin, ada yang tertawa ada yang menangis.
Dan rotasi kehidupan kitapun juga akan mengalami hal yang demikian, terkadang kita senang tapi di waktu yang lain kita susah, Allah sendiripun telah mengatakan:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا(5)إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا(6
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (An Nasyr :5-6)
Kalaulah pada saat ini kita mengalami kesusahan, kesedihan, kesulitan hidup, kesengsaraan, tentu nanti hal itu akan berubah menjadi kesenangan, kegembiraan, tercukupi hidupnya serta bahagia.
Oleh karena itu Allah menegaskan pada ayat berikutnya:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ(7)وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ(8
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
Artinya setelah melakukan sesuatu maka kerjakanlah yang lain, dalam hidup ini kita tidak boleh berhenti, berdiam diri atau tidak melakukan sesuatu. Apabila mengalami kesulitan maka carilah jalan keluarnya, karena mencari jalan keluar itu termasuk usaha berbuat yang lain. Dan yang tidak kalah penting adalah berharap serta memohon kepada Allah Tuhan yang mengatur alam serta mengendalikan manusia.
Terkadang orang salah menduga terhadap sesuatu yang menimpa diri kita, atau keluarga kita. Dikiranya bahwa kesulitan, kesedihan, kesengsaraan ataupun mungkin musibah yang menimpa diri dan keluarga itu merupakan puncak atau akhir dari upaya kita, bahwa itu nasib atau takdir yang diberikan Allah, sehingga seakan tidak ada jalan keluar yang bisa ditempuh selain menerima keputusan itu. Padahal semua yang kita alami itu merupakan proses dari kehidupan sampai kita dipanggil kembali keharibaan sang Pencipta.
Contoh yang sering di alami dalam kehidupan rumah tangga adalah apabila kita diberi cobaan oleh Allah dalam bentuk kesusahan, kekhawatiran (الخوق ), kelaparan karena kemiskinan, tidak punya pekerjaan atau kekurangan harta seperti hilangnya harta benda karena dicuri, dibohongi atau kematian dan sebagainya sebagaimana difirmankan Allah:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ(155
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,( Al Baqarah, 155)
Maka kemudian kita bersikap putus asa, dalam bahasa jawa nglokro, tidak bertindak, maka hal itu merupakan sikap yang kurang tepat,
Allah memberikan cobaan kepada manusia itu tentu seukur dengan kemampuan dia untuk mencari jalan keluar, kesanggupan orang yang diberi cobaan itu bisa keluar dari cobaan yang diterimanya. Oleh karena itu kata terakhir dalam ayat itu adalah “ Berilah kabar kembira kepada orang-orang yang sabar”
Makna orang yang sabar adalah orang yang menerima bahwa sesuatu yang telah menimpa ke dalam dirinya itu adalah pemberian dari Allah sebagai ujian, cobaan atau peringatan dariNya kemudian dia berusaha untuk keluar dari cobaan, ujian atau peringatan itu dengan tindakan yang positif dan tidak menyimpang dari norma-norma Agama.
Tindakan keliru yang sering kita jumpai dalam masyarakat adalah ketika menerima cobaan atau ujian seperti kehilangan harta yaitu dengan mencari tahu kepada orang pintar siapa yang mengambil harta, bukan lapor kepada yang berwajib agar diidentifikasi dan diusut , atau ketika diberi peringatan Akan timbul bahaya badai, bukanya bersiap diri dan waspada dengan tindakan prefentif, tetapi malah mencari tolak balak memasak lodeh, memasang uang di depan pintu atau tindakan lain yang dianggapnya dapat mengeluarkannya dari bahaya yang dialaminya.
Dalam hidup ini kita harus seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, kebutuhan intelektual serta kebutuhan spiritual. Kebutuhan jasmani seperti sandang, pangan dan papan harus tercukupi, karena saat ini kita hidup di dunia, namun kehidupan rohani juga harus dipenuhi sebab nantinya kita akan hidup kekal abadi di alam rohani, dan dunia ini adalah tempat kita menabung untuk bekal :
اَلدُّنْيَا مَزْرَعَتُ الاَخِرَةِ
Dunia ini adalah tempat untuk bercocok tanam untuk dituai nantinya di akherat.
Semakin banyak kita menanam kebajikan dan amal sholeh, maka kita akan menuai kebaikan di akherat kelak. Tapi kalau di dunia ini hidup kita hanya untuk kesenangan duniawi saja, tanpa menghiraukan kehidupan ukhrawi, ya nantinya kita akan menerima akibat buruk di akherat.
Kesimpulan yang bisa kita petik dari uraian tadi adalah :
1. Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan, agar terjadi interaksi sehingga mewujudkan keseimbangan yang harmonis, Orang yang kaya membantu yang miskin, orang yang lapang menolonga orang yang susah dan sebagainya. Kalau interaksi ini berjalan sesuai aturan maka akan terwujud keharmonisan dalam kehidupan ini.
2. Bahwa rotasi kehidupan manusia itu akan mengalami siklus dari yang rendah menuju yang tinggi, dari kesusahan akan beralih kepada kemudahan, selagi masih berpijak pada norma-norma kebenaran sesuai dengan tuntunan agama. Namun apabila norma-norma agama telah dilanggar seperti berbuat syirik, berbuat dholim atau tidak memenuhi hak-hak orang lain maka keseimbangan hidup akan terganggu. Orang yang miskin akan tetap miskin karena tidak ada yang menolong, orang yang bodoh tetap bodoh karena yang pintar malah membodohi, orang yang susah tetap susah karena tidak ada solidaritas antar sesame.
3. Bahwa manusia harus tetap bekerja dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani, kebutuhan intelektual dan spiritual secara seimbang, kalau hanya mengutamakan salah satunya, maka akan terjadi disharmoni, atau rusaknya keseimbangan hidup yang dapat merugikan kita sendiri.
Demikian uraian yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat.